• CREATE
•INSERT
• SELECT
•ALTER TABLE
•UPDATE
•LINK ANTAR TABLE
Minggu, 26 Desember 2010
Model Entity Relationship
• Entitas
Entitas adalah data yang menunjukkan orang, tempat, benda, atau kejadian yang akan disimpan dan digunakan dalam basis data.
Disimbolkan dengan :
• Relationship
Relationship menyatakan bentuk hubungan diantara entity.
Disimbolkan dengan :
• Atribut
Atribut adalah karakteristik atau properti dari entitas yang menyajikan penjelasan detail tentang entitas tersebut ke relasi. .Atribut bisa bersifat WAJIB (harus ada), atau opsional (bisa ada, bisa pula tidak). Atribut melekat pada entitas. Disimbolkan dengan :
CONTOH :
KARDINALITAS
SATU KE SATU ( ONE TO ONE )
Satu CABANG dikepalai oleh paling banyak satu KEPALA CABANG.
SATU KE BANYAK ( ONE TO MANY )
BANYAK KE SATU ( MANY TO ONE )
BANYAK KE BANYAK ( MANY TO MANY )
Entitas adalah data yang menunjukkan orang, tempat, benda, atau kejadian yang akan disimpan dan digunakan dalam basis data.
Disimbolkan dengan :
• Relationship
Relationship menyatakan bentuk hubungan diantara entity.
Disimbolkan dengan :
• Atribut
Atribut adalah karakteristik atau properti dari entitas yang menyajikan penjelasan detail tentang entitas tersebut ke relasi. .Atribut bisa bersifat WAJIB (harus ada), atau opsional (bisa ada, bisa pula tidak). Atribut melekat pada entitas. Disimbolkan dengan :
CONTOH :
KARDINALITAS
SATU KE SATU ( ONE TO ONE )
Satu CABANG dikepalai oleh paling banyak satu KEPALA CABANG.
SATU KE BANYAK ( ONE TO MANY )
BANYAK KE SATU ( MANY TO ONE )
BANYAK KE BANYAK ( MANY TO MANY )
SISTEM BASIS DATA ( PERBANKAN )
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor perbankan memegang peranan penting dalam usaha pengembangan disektor ekonomi, dan juga berperan dalam meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat.
Sebagai lembaga intermediasi, pihak perbankan membutuhkan kepercayaan darimasyarakat terutama nasabahnya sehingga kelangsungan sektor perbankan sebagai urat nadi perekonomian dapat terus berjalan.
Untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat, maka sektor perbankan harus dikelola secara profesional mulai dari segi pelayanannya, strategi pemasaran yang baik, segi keuangan yang harus dikelola dengan prinsip kehati-hatian, serta perbankan juga harus inovatif dalam menciptakan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap bank untuk memperhatikan kebutuhan dan keinginan nasabahnya serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih unggul serta lebih memuaskan dari pada yang dilakukan oleh pihak bank dan pesaing lainnya. Sehingga perhatian bank tidak hanya terbatas pada produk barang atau jasa yang dihasilkan saja, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia, serta lingkungannya.
Sebagai langkah awal dari upaya mendefinisikan tuntutan nasabah, maka hal yang harus diperhatikan dan tidak dapat dipisahkan adalah ketersediaan informasi yang menyangkut persepsi dan harapan nasabah terhadap layanan yang ditawarkan oleh pihak bank. Untuk itulah maka perlu dianalisis sejauh mana nasabah merasa puas dengan pelayanan yang telah diterimanya.
Bank Mandiri yang berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 pada saat ini merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah aktiva, kredit dan dana pihak ketiga. Total aktiva per 31 Desember 2005 sebesar Rp 254,3 triliun, dengan pangsa pasar sebesar 18,0% dari total aktiva perbankan di Indonesia. Jumlah dana pihak ketiga Bank Mandiri sebesar Rp 199,0 triliun atau sama dengan 17,6% dari total dana pihak ketiga secara nasional, dimana jumlah tabungan merupakan 16% dari total tabungan secara nasional. Begitu pula dengan pangsa pasar deposito berjangka sebesar 19,1% dari total deposito berjangka di Indonesia. Selama tahun 2005, pertumbuhan dana pihak ketiga adalah sebesar 5,8%, sementara pertumbuhan kredit sebesar 13,3%. Bank Mandiri sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia tentunya telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Sebagai bank yang telah cukup lama dikenal oleh masyarakat luas, maka Bank Mandiri tentunya telah memiliki standar pelayanan yang diimplementasikan secara seragam di seluruh jaringan kantornya.
Seiring dengan semakin tingginya permintaan kredit dari nasabah, maka Bank Mandiri telah siap menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan yang sekiranya akan meyebabkan terjadinya kredit macet. Untuk itu Bank Mandiri membentuk sebuah divisi atau group yaitu Retail & Consumer Risk Group, dimana tujuan dibentuknya divisi ini adalah untuk menangani kredit bermasalah.
Kredit bermasalah itu sendiri adalah kredit yang mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan/atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban debitur.
Proses penagihan serta negosiasi yang dilakukan Retail & Consumer Risk Group menjadi bagian yang penting dalam mengembalikan status account yang menunggak menjadi account yang normal, untuk meminimalkan resiko kerugian Bank Mandiri akibat tidak terbayarnya fasilitas kredit yang telah diberikan kepada debitur.
Dalam proses penyalesaian kredit bermasalah, Bank Mandiri meminta debitur yang mempunyai masalah pembayaran kreditnya untuk datang ke kantor Bank Mandiri bagian Retail & Consumer Risk Group. Disini Retail & Consumer Risk Group tetap siap memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, walaupun Bank Mandiri berhak menagih tunggakan-tunggakan kepada debitur/nasabah.
Dengan pelayanan yang baik, fasilitas yang memadai, dan profesionalitas yang tinggi dari pegawai Bank Mandiri, diharapkan dapat tercapainya kesepakatan bersama dalam penyelesaian kredit bermasalah tersebut, sehingga dapat meminimalkan resiko kerugian dan tercapainya kualitas pelayanan ( Service Quality ) yang tinggi.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penulisan ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
(1) Bagaimana tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri khususnya dibagian Retail & Consumer Risk Group ditinjau dari lima dimensi pelayanan, yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) serta berwujud (tangible);
(2) Atribut-atribut apa saja yang harus dipertahankan serta ditingkatkan dalam memperoleh keunggulan yang kompetitif dalam hal pelayanan dalam era persaingan seperti sekarang ini;
(3) Bagaimana kesenjangan (gap) yang terjadi antara persepsi (pelayanan yang diterima nasabah) dengan kepentingan (harapan nasabah) terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri.
BAB II
PROBLEM DALAM PERBANKAN DI BAGIAN COSTUMER
Penilaian Tingkat Kepentingan (Harapan Nasabah) dan Tingkat Kinerja (Pelayanan Yang Diterima Nasabah)
Dari kedua variabel yaitu tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, setelah dilakukan pembobotan dari masing-masing dimensi kualitas pelayanan jasa, maka akan dilakukan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja pada masing-masing kualitas pelayanan dari petugas bank sebagai penyaji jasa serta pihak manajemen Bank Mandiri sebagai penyedia jasa perbankan. Berikut ini adalah hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja yang dilakukan oleh petugas customer service
Tabel 2. Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja dari Kualitas Pelayanan
Petugas Customer Service
Diagram Kartesius Kualitas Pelayanan Petugas Customer Service
Gambar 5. Diagram Kartesius Kualitas Pelayanan Petugas Customer Service
Hasil pengukuran atas atribut-atribut (faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap nasabah) tersebut memungkinkan pihak-pihak bank untuk menitikberatkan upaya perbaikan pada hal-hal yang benar-benar dianggap penting oleh nasabah. Pada Gambar 5 terlihat sebaran faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap nasabah.
Kuadran A :
Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini berarti bahwa faktor ini dinilai sangat penting oleh nasabah, tetapi pelayanan yang diterima dalam pelaksanaannya dinilai kurang dari apa yang diharapkan nasabah. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Prosedur penerimaan nasabah yang cepat dan tepat (atribut 1/Reliability 1)
2. Prosedur pelayanan yang cepat dan mudah (atribut 2/Reliability 2)
3. Cepat dan tanggap dalam menghadapi complain dari nasabah (atribut 6/Responsiveness 6)
4. Jumlah tempat duduk yang tersedia memadai (atribut 16/tangibles 16)
5. Fasilitas AC dan ruang tunggu yang nyaman (atribut 17/tangibles 17)
6. Toilet dan Fasilitas di dalamnya bersih (atribut 18/tangibles 18)
7. Media hiburan dan informasi tersedia pada ruang tunggu (atribut 19/ tangibles
Kuadran B :
Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini berarti bahwa faktor ini dinilai sangat penting oleh nasabah dan pihak bank telah memberikan pelayanan yang maksimal, sehingga nasabah merasa puas karena pelayanan yang diterima sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu di kuadran ini, bank perlu mempertahankan tingkat kinerja/pelayanan yang diterima nasabah. Beberapa faktor yang termasuk dalam kuadran ini adalah :
1. Kerapihan dan ketelitian petugas dalam menangani tugasnya (atribut 3/ Reliability 3)
2. Berada ditempat pada saat dibutuhkan (atribut 4/Responsiveness 4)
3. Cepat dan tanggap dalam menangani tugasnya (atribut 5/Responsiveness5)
4. Pengetahuan dan kecakapan petugas dalam menangani tugasnya (atribut 7/ assurance 7)
5. Pelayanan yang sopan dan ramah (atribut 8/assurance 8)
6. Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan data nasabah (atribut 9 /assurance 9)
Kuadran C :
Pada kuadran ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah dari tingkat kinerja (pelayanan yang diterima) dinilai kurang penting oleh nasabah, sedangkan bagi pihak bank kualitas pelayanan yang diberikan pada nasabah telah dilakukan sesuai dengan standar kualitas yang berlaku. Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini adalah :
1. Memberikan perhatian pada setiap nasabah (atribut 10/empathy 10)
2. Perhatian pada setiap keluhan nasabah (atribut 11/empathy 11)
3. Petugas menggunakan tanda pengenal (atribut 14/tangibles 14)
Kuadran D :
Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting oleh nasabah, tetapi pihak bank melaksanakannya dengan sangat baik. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pelayanan tanpa membedakan status dan lain-lain (atribut 12/empathy 12). Pada kuadran ini, pihak customer service telah memberikan pelayanannya dengan baik dan para nasabah dapat merasa kepuasan dari pelayanan yang diberikan. Karena memberikan perhatian yang tulus dan tanpa membedakan status seorang nasabah sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang customer service.
Kesenjangan (Gap) antara Tingkat Kepentingan dengan Tingkat Kinerja pada Petugas Customer Service
Tabel 3. Rata-rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja serta Customer Gap Berdasarkan Dimensi Kualitas Pelayanan Petugas Customer Service
Dengan melakukan perhitungan nilai kesenjangan (gap) pada setiap dimensi kualitas pelayanan jasa, maka dapat diketahui sampai sejauh mana tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pada setiap dimensi tersebut. Dari hasil perhitungan, nilai gap negatif tertinggi adalah pada dimensi tangibles. Sedangkan nilai gap negatif terendah terdapat pada dimensi responsiveness.
PENDAHULUAN
Sektor perbankan memegang peranan penting dalam usaha pengembangan disektor ekonomi, dan juga berperan dalam meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat.
Sebagai lembaga intermediasi, pihak perbankan membutuhkan kepercayaan darimasyarakat terutama nasabahnya sehingga kelangsungan sektor perbankan sebagai urat nadi perekonomian dapat terus berjalan.
Untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat, maka sektor perbankan harus dikelola secara profesional mulai dari segi pelayanannya, strategi pemasaran yang baik, segi keuangan yang harus dikelola dengan prinsip kehati-hatian, serta perbankan juga harus inovatif dalam menciptakan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap bank untuk memperhatikan kebutuhan dan keinginan nasabahnya serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih unggul serta lebih memuaskan dari pada yang dilakukan oleh pihak bank dan pesaing lainnya. Sehingga perhatian bank tidak hanya terbatas pada produk barang atau jasa yang dihasilkan saja, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia, serta lingkungannya.
Sebagai langkah awal dari upaya mendefinisikan tuntutan nasabah, maka hal yang harus diperhatikan dan tidak dapat dipisahkan adalah ketersediaan informasi yang menyangkut persepsi dan harapan nasabah terhadap layanan yang ditawarkan oleh pihak bank. Untuk itulah maka perlu dianalisis sejauh mana nasabah merasa puas dengan pelayanan yang telah diterimanya.
Bank Mandiri yang berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 pada saat ini merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah aktiva, kredit dan dana pihak ketiga. Total aktiva per 31 Desember 2005 sebesar Rp 254,3 triliun, dengan pangsa pasar sebesar 18,0% dari total aktiva perbankan di Indonesia. Jumlah dana pihak ketiga Bank Mandiri sebesar Rp 199,0 triliun atau sama dengan 17,6% dari total dana pihak ketiga secara nasional, dimana jumlah tabungan merupakan 16% dari total tabungan secara nasional. Begitu pula dengan pangsa pasar deposito berjangka sebesar 19,1% dari total deposito berjangka di Indonesia. Selama tahun 2005, pertumbuhan dana pihak ketiga adalah sebesar 5,8%, sementara pertumbuhan kredit sebesar 13,3%. Bank Mandiri sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia tentunya telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Sebagai bank yang telah cukup lama dikenal oleh masyarakat luas, maka Bank Mandiri tentunya telah memiliki standar pelayanan yang diimplementasikan secara seragam di seluruh jaringan kantornya.
Seiring dengan semakin tingginya permintaan kredit dari nasabah, maka Bank Mandiri telah siap menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan yang sekiranya akan meyebabkan terjadinya kredit macet. Untuk itu Bank Mandiri membentuk sebuah divisi atau group yaitu Retail & Consumer Risk Group, dimana tujuan dibentuknya divisi ini adalah untuk menangani kredit bermasalah.
Kredit bermasalah itu sendiri adalah kredit yang mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan/atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban debitur.
Proses penagihan serta negosiasi yang dilakukan Retail & Consumer Risk Group menjadi bagian yang penting dalam mengembalikan status account yang menunggak menjadi account yang normal, untuk meminimalkan resiko kerugian Bank Mandiri akibat tidak terbayarnya fasilitas kredit yang telah diberikan kepada debitur.
Dalam proses penyalesaian kredit bermasalah, Bank Mandiri meminta debitur yang mempunyai masalah pembayaran kreditnya untuk datang ke kantor Bank Mandiri bagian Retail & Consumer Risk Group. Disini Retail & Consumer Risk Group tetap siap memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, walaupun Bank Mandiri berhak menagih tunggakan-tunggakan kepada debitur/nasabah.
Dengan pelayanan yang baik, fasilitas yang memadai, dan profesionalitas yang tinggi dari pegawai Bank Mandiri, diharapkan dapat tercapainya kesepakatan bersama dalam penyelesaian kredit bermasalah tersebut, sehingga dapat meminimalkan resiko kerugian dan tercapainya kualitas pelayanan ( Service Quality ) yang tinggi.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penulisan ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
(1) Bagaimana tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri khususnya dibagian Retail & Consumer Risk Group ditinjau dari lima dimensi pelayanan, yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) serta berwujud (tangible);
(2) Atribut-atribut apa saja yang harus dipertahankan serta ditingkatkan dalam memperoleh keunggulan yang kompetitif dalam hal pelayanan dalam era persaingan seperti sekarang ini;
(3) Bagaimana kesenjangan (gap) yang terjadi antara persepsi (pelayanan yang diterima nasabah) dengan kepentingan (harapan nasabah) terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri.
BAB II
PROBLEM DALAM PERBANKAN DI BAGIAN COSTUMER
Penilaian Tingkat Kepentingan (Harapan Nasabah) dan Tingkat Kinerja (Pelayanan Yang Diterima Nasabah)
Dari kedua variabel yaitu tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, setelah dilakukan pembobotan dari masing-masing dimensi kualitas pelayanan jasa, maka akan dilakukan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja pada masing-masing kualitas pelayanan dari petugas bank sebagai penyaji jasa serta pihak manajemen Bank Mandiri sebagai penyedia jasa perbankan. Berikut ini adalah hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja yang dilakukan oleh petugas customer service
Tabel 2. Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja dari Kualitas Pelayanan
Petugas Customer Service
Diagram Kartesius Kualitas Pelayanan Petugas Customer Service
Gambar 5. Diagram Kartesius Kualitas Pelayanan Petugas Customer Service
Hasil pengukuran atas atribut-atribut (faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap nasabah) tersebut memungkinkan pihak-pihak bank untuk menitikberatkan upaya perbaikan pada hal-hal yang benar-benar dianggap penting oleh nasabah. Pada Gambar 5 terlihat sebaran faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap nasabah.
Kuadran A :
Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini berarti bahwa faktor ini dinilai sangat penting oleh nasabah, tetapi pelayanan yang diterima dalam pelaksanaannya dinilai kurang dari apa yang diharapkan nasabah. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Prosedur penerimaan nasabah yang cepat dan tepat (atribut 1/Reliability 1)
2. Prosedur pelayanan yang cepat dan mudah (atribut 2/Reliability 2)
3. Cepat dan tanggap dalam menghadapi complain dari nasabah (atribut 6/Responsiveness 6)
4. Jumlah tempat duduk yang tersedia memadai (atribut 16/tangibles 16)
5. Fasilitas AC dan ruang tunggu yang nyaman (atribut 17/tangibles 17)
6. Toilet dan Fasilitas di dalamnya bersih (atribut 18/tangibles 18)
7. Media hiburan dan informasi tersedia pada ruang tunggu (atribut 19/ tangibles
Kuadran B :
Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini berarti bahwa faktor ini dinilai sangat penting oleh nasabah dan pihak bank telah memberikan pelayanan yang maksimal, sehingga nasabah merasa puas karena pelayanan yang diterima sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu di kuadran ini, bank perlu mempertahankan tingkat kinerja/pelayanan yang diterima nasabah. Beberapa faktor yang termasuk dalam kuadran ini adalah :
1. Kerapihan dan ketelitian petugas dalam menangani tugasnya (atribut 3/ Reliability 3)
2. Berada ditempat pada saat dibutuhkan (atribut 4/Responsiveness 4)
3. Cepat dan tanggap dalam menangani tugasnya (atribut 5/Responsiveness5)
4. Pengetahuan dan kecakapan petugas dalam menangani tugasnya (atribut 7/ assurance 7)
5. Pelayanan yang sopan dan ramah (atribut 8/assurance 8)
6. Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan data nasabah (atribut 9 /assurance 9)
Kuadran C :
Pada kuadran ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah dari tingkat kinerja (pelayanan yang diterima) dinilai kurang penting oleh nasabah, sedangkan bagi pihak bank kualitas pelayanan yang diberikan pada nasabah telah dilakukan sesuai dengan standar kualitas yang berlaku. Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini adalah :
1. Memberikan perhatian pada setiap nasabah (atribut 10/empathy 10)
2. Perhatian pada setiap keluhan nasabah (atribut 11/empathy 11)
3. Petugas menggunakan tanda pengenal (atribut 14/tangibles 14)
Kuadran D :
Faktor-faktor yang berada pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting oleh nasabah, tetapi pihak bank melaksanakannya dengan sangat baik. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pelayanan tanpa membedakan status dan lain-lain (atribut 12/empathy 12). Pada kuadran ini, pihak customer service telah memberikan pelayanannya dengan baik dan para nasabah dapat merasa kepuasan dari pelayanan yang diberikan. Karena memberikan perhatian yang tulus dan tanpa membedakan status seorang nasabah sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang customer service.
Kesenjangan (Gap) antara Tingkat Kepentingan dengan Tingkat Kinerja pada Petugas Customer Service
Tabel 3. Rata-rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja serta Customer Gap Berdasarkan Dimensi Kualitas Pelayanan Petugas Customer Service
Dengan melakukan perhitungan nilai kesenjangan (gap) pada setiap dimensi kualitas pelayanan jasa, maka dapat diketahui sampai sejauh mana tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pada setiap dimensi tersebut. Dari hasil perhitungan, nilai gap negatif tertinggi adalah pada dimensi tangibles. Sedangkan nilai gap negatif terendah terdapat pada dimensi responsiveness.
Jumat, 17 Desember 2010
NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK
( TUGAS INDIVIDU )
REXA ( 071841 ) : Membuat Aturan Bisnis
ABD. HAQ FARID ( 041775 ) : Membuat BLOG
RAEH SABARA.B ( 091335 ) : print makalah
RAEH SABARA.B ( 091335 ) : print makalah
MUHAMMAD TAQWA ( 091991 ) : Membuat problem Perbankan dan memasukkannya di blog
IMMA AZMYLIA ( 095018 ) : Membuat Model ER, Modifikasi ERD, Schema SQL
PUTU EKA PUTRADINATA (091143) : Membuat Makalah
ANGGA SETIAWAN (091008) : Membuat Slide
Langganan:
Postingan (Atom)